Let's being Realistic (in relationship) numero Uno

Ga tau judul ini saya mulung darimana n nyambung or ngga.  Yang jelas tulisan ini bisa nyangkut sama pengalaman kamu,temen kamu,temennya temen kamu,mbahnya temen kamu,,hehe or it happened to me..!!

Sebenernya saya agak anti buat nulis tentang hal yang bersifat tentang romance or about a relationship. Tapi sekali-kali ngga apa-apa kan..toh ngga akan dosa sampe 7 turunan!!!

Just share aja.

Saya contohin aja pengalaman pribadi deh... Terus terang aja hal yang paling saya ga suka dalam menjalin sebuah relationship adalah BAHAYA LATEN pihak ke tiga (dan siapa yang mau yey...amit-amit deh..).

Diluar itu saya mau berbicara tentang mantan nya mantan kita. Awal saya menjalin sebuah hubungan waktu dari zaman SMA sih no problem aja cz waktu umuran kaya kecambah gitu ga peduli sama yang namanya pacaran,putus it's ok walopun ada pihak ketiga juga. Tapi ini pertama kalinya buat saya saat menjajaki bangku universitas dala menjalin sebuah ikatan asmara,dengan seorang pria berinisial 'I' (sebut saja pria itu Irfan sesuai dengan KTPnya). Kesan pertama ya comfort aja,sampe saya ga sadar dalam beberapa saat kemudian ketika pergi menonton saya ga sengaja curi-curi pandang liat dompetnya yang terbuka saat akan membayar tiket bioskop...oh fffffffffuuuuuccckk....foto dia dengan mantannya masih tertera di dompetnya,dan saya pun bertanya "itu siapa??" dia menjawab entah bloon atau kupleu "mantan aq de...knapa?" 

saat itu saya sih perasaan biasa aja ngga sampe tanam rasa sayang dalem-dalem,tapi apa wajar sesuatu yang sifatnya memorable dengan masa lalunya ditunjukkan pada kita saat menjalin hubungan...? Perasaan kita apakah dihargai?? yang ada asa diinjak2 aja...(- -,)''

saya pun ga intens lagi. Malas..

tapi itu belum seberapa,saya pun mengalami serentetan hal yang sama ,entah saya yang bodoh atau mereka yang brengsek ga hargai perasaan kita?

At the last saya pun mengalami hal yang serupa,dan mungkin ini lebih parah.Kejadiannya kurang lebih beberapa bulan ke belakang (sampe saya putus sama dia dan sekarang saya punya pendamping hidup). Saya ga cinta-cinta amat sama cwo ini. Awalnya saya ingin coba untuk mencintai dia,tapi feeling saya biasa aja. Apalagi saya ilfil sma kelakuannya yang cuay-cieuy. Semua tau saya paling benci sama tipe cwo yang ga tegas,dan ga bisa mengambil keputusan,saya ga suka dengan cwo yang cuek dan menganggap semuanya cuman sekedar lewat belaka dan sikapnya ngga dewasa. Huh what the fuckin hell....

si cwo ini punya mantan kita sebut saja namanya Erni. Saya sih sikapnya biasa aja bahkan saya ga mau jelek dihadapan siapapun juga. Sampe si cwo yang sudah saya buang dan masuk black list inilah waktu masih berhubungan bilang "boleh kan kalo mantan aku ngajak jalan or nemenin,kasian dia anak kostan sendiri gada yang bantuin or nemenin". Sontak sayapun dengan terpaksa menjawab terserah... dan ketika sayapun melarang toh nggak tau apa yang terjadi dengan skala kemungkinan 90% mereka bertemu dengan lokasi yang berdekatan daripada dengan saya yang jauh di Bandung.

cinta ga cinta, sayang ga sayang tetep aja kalo mau menjalin hubungan jaga perasaan satu sama lain. Saya pun nggak menghargai lagi apapun kebaikan yang dia beri dalam bentuk apapun. Puncaknya ketika saya perang mulut dengan si ERNI . Awalnya saya biasa aja cuma saya ga suka dengan kesan pertama saat chatting, Plis atuh lah da sia teh orang Sunda oge asa teu kudu make Gue-Elo ka aing teh bari jeung rada blagu gitu deh...mentang-mentang hidup di kota Metropolitan. (si korban Shock Culture) 

Makin ga jelas aja tu orang maunya. Okelah saya bukan mengalah untuk lepasin si cowok krimit itu,terserah mau jungkir balik buat balikan lagi juga,cz saya bukan orang yang bodoh untuk mempertahankan apa yang udah ga guna lagi buat kita. Tapi cara dia untuk menghina saya NGGA BANGET n anjing banget lah kelakuannya... Prinsip saya HARGA DIRI HARGA MATI. Entah watak saya yang tidak mau untuk diinjak-injak oleh orang yang lebih rendah kelakuannya. 

Udah mah dia bilang saya ALAY (kalo diliat-liat sih korban shock culture tuh yang suka alay..hihi), bilang saya "RADA-RADA" (kaya yang dirinya pinter aja)

ah anjing banget lah kelakuannya....

So sampe detik ini saya ga nerima dalam menjalin sebuah hubungan harus berurusan dengan mantannya pacar kita. Kalo mantannya pacar kita baik-baik sih no problem,cuma ya mesti tau batasan aja. Dan jujur saya suka  ga respect aja kalau pacar kita menjalin komunikasi via apapun itu dengan intens, walaupun sudah dianggap jadi teman. 

saya mengutip dari sebuah blog : 

kehadiran kembali mantan pacar, tidak menutup kemungkinan dapat merusak hubungan tali kasih diantara dua anak manusia yang sedang berpacaran.

Namun terkadang, kisah masa lalu itu bisa saja muncul kembali saat mantan pacar hadir kembali dalam kehidupan salah satu pihak yang sedang berpacaran. Apalagi kalau kehadiran mantan pacar merupakan atas inisiatif atau 

“undangan” pertemuan secara langsung dari sang pacar.

Realistis kan saya nulis kaya gini,toh berdasarkan pengalaman pribadi. Saya pun akan melakukan hal yang sama dengan apa yang dilakukan pacar saya jika dia setia saya akan lebih setia,jika dia berkelakuan pikasebeleun seperti yang diatas saya tulis ya saya lebih-lebih daripada itu hehehe...

You can understand the facts of life. 

But facts of love are much different. 

To love you love someone or someone loves you.. 

But when you both love each other you're in love with one another.

 First become friends and let it go. T

hen get serious and get together. 

Just make yourself known as a person not as someone you don't want to be known as...