Kamis, 19 Mei 2011

suatu pagi di kampung halaman dan secangkir teh

Sebenarnya sangat pantang sekali saya bangun pagi,mungkin karena prinsip yang saya sadur dari segelintir manusia kreatif  merangkai kata seolah lelucon namun itu realistis -The Panas Dalam- "

 "kenapa kau ini malas sekali bangun pagi" kau harus jadi orang 
yang rajin karena Rajin itu pangkal pandai
" kami sudah pandai berarti sudah tidak usah rajin lagi dong?
 kalo kalo kami kembali rajin maka sumua kembali dari nol, kami malas bangun pagi... 
tetapi kami rajin bangun siang"

Namun apa boleh buat,ini di rumah. Beda dengan di kostan. Saat beranjak dari tempat tidur,membuka gordyn emas di kamar ungu ku saatnya untuk membasuh muka lalu pergi ke dapur untuk membuat secangkir teh hangat.
Hmmm...seperti biasa judul pagi kali ini tak ubah seperti hari-hari biasanya,sepi di rumah ini
ku beranjak saja ke depan sambil menatap suasana pagi di kampung halaman. Ya..anak berseragam berlalu lalang di depan rumah (kebetulan di pinggir jalan), kernet angkutan umum dengan semangat 45 nya lantang menyerukan tujuan kendaraan tersebut ( nampak punya pita suara cadangan kaya nyawa kucing ), ibu-ibu menggosip d tempat berjualan bubur mang Lili. Gosip murahan seputar menjelekkan tetangga, atau mengomentari orang yang lewat. Yah...pagi yang pengangguran..mungkin hingga siang haridengan berpindahnya lapak untuk menggibah hingga suaminya pulang dan menampa tangan "pa..mawa duit teu??"
Oh ternyata bukan ibu-ibu saja ternyata...tapi bapak-bapak sambil mengepulkan asap bernikotin (biasanya di kampung saya sih jarcok atau garpit)
ahh...hingga secangkir teh habis namun aktivitas mereka tak habis....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar